Kamis, 04 Februari 2010

Sampai Kapan Kita Terlena ?

Apakah anda baca berita 2 hari ini ? “ Tiga Anak Balita di Tinggal di Kontrakan” di Kompas dan Media Indonesia hari ini dan kemarin. Miris sekali, setidak buat saya yang punya 2 anak balita pula di rumah. tiga bersaudara ini usia 3 tahun, 2 tahun dan bayi 9 bulan ditinggal oleh kedua orang tuanya selama minimal 4 hari.
Kesaksian tetangga melihat pertama sang suami yang pergi, disusul oleh Istrinya beberapa hari kemudian, selang 4 hari tetangga/pemilik kontrakan semakin terusik dengan suara tangis anak-anak yang tidak kunjung berhenti maka dilihatnya pemandangan yang amat memilukan…ketiga bersaudara itu tergeletak lemas dikamar dalam rumah yang digembok dari luar, kulit pisang terlihat bekas dimakan ...luar biasa mengerikan bukan ?

Menurut berita sang suami memang pengangguran yang jarang pulang, sang istri pergi meninggalkan anak-anaknya untuk mencari suaminya dan mencari uang untuk tunggakan melunasi kontrakan, keluarga dalam himpitan ekonomi, dengan kepala keluarga yang tidak mampu memimpin dan mengambil tanggung jawab. Wajar saja bila istrinya mengalami nervous breakdown dan mengambil keputusan yang salah dengan akibat trauma berat pada ketiga anaknya.
Tidak kalah memilukan juga pasien yang saya tempo hari, balita juga, dibawa oleh suami-istri. Pemeriksaan saya mengarah pada malnutrisi berat dan saya fikir harus dibawa ke poli anak untuk perawatan, jadi seperti biasa saya tanya apakah punya KTP DKI atau jaminan asuransi lain ? barulah muncul cerita lengkapnya, suami-istri ini usianya lebih cocok menjadi kakek dan nenek bocah tersebut, dan suatu hari kedua orang tua si anak seperti biasa berangkat kerja di pagi hari sambil menitipkan anak mereka, dan siapa sangka mereka tidak pernah kembali lagi meninggalkan anak mereka begitu saja.
Mengetahui kenyataan tersebut kedua sepuh ini menerima dengan ikhlas dan bersedia merawat anak tersebut dengan segala keterbatasan mereka, namun Pak RT tidak setuju, dan ini menimbulkan komplikasi, agar si anak dapat dirawat dengan jaminan askeskin, dia haruslah anggota dari keluarga tersebut, masuk dalam KK, namun pak RT sama sekali tidak kooperatif dan kini kita berfikir ulang untuk memasukkannya ke Rumah Sakit.
Jadi apa pelajarannya ? tekanan ekonomi dan himpitan hidup yang dialami pasangan muda dengan anak bukan hal enteng. dibutuhkan rasa tanggung jawab yang luar biasa besar, ketangguhan mental, kesiapan menanggung lelah untuk menunaikan amanah keluarga yang diberikan Allah swt, itu mengapa kiranya menikah adalah setengah dari Dien.
Dibutuhkan dua orang dan dua kepala untuk menghadapi semua tantangan itu, dan 4 bahu untuk menanggung bebannya, bahu-membahu, tolong-menolong, saling menguatkan, saling mengingatkan. tekadang tuntutan dunia modern mengharuskan kita melibatkan pihak lain khadimat, orang tua, tetangga yang bukan tanpa resiko, tapi beban amanah tetap ditangan kedua orang tua, suami-istri yang kelak ditanya dan dipertanggung-jawabkan di kampung akhirat.
Jadi apa pelajarannya ? menyiapkan diri dan bersiap siaga selalu menghadapi beban kehidupan mutlak adanya, menjadikan setiap peristiwa yang menerpa sebagai pelajaran yang menguatkan “ what doesn’t kill you only gonna make you stronger”. Tanggung jawab orang tua untuk mendewasakan anak-anaknya, menyiapkan bahu dan hati yang kuat. Tanggung jawab pemerintah juga untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas, bukan hanya untuk memenangkan olimpiade sains tapi untuk memenangkan kompetisi harian sepanjang usia, yang mampu mengambil manfaat dan memberi manfaat untuk kehidupan disekitarnya.
Pastinya ada korupsi dan atau penyalahgunaan wewenang di suatu masa, di suatu tempat yang berakibat, pasangan ini tidak mendapat pendidikan yang memadai dari keluarganya, dari sekolahnya, dan dari masyarakatnya hingga ketika mereka memcoba membina keluarga baru lah tersadar cinta saja tidak cukup.
Bukan salah mereka karena tidak bertanggung jawab, bukan salah mereka saja bila tidak sanggup menafkahi keluarganya, bukan salah mereka melulu sampai menelantarkannya anaknya…tapi juga salah kita semua sebagai masyarakat, sebagai bangsa dan negara yang belum mampu menegakkan keadilan dan menyejahterakan anak-anak negeri ini. Mungkin sekarang saatnya kita berubah…terlambat memang, korban sudah berjatuhan, tapi masih lebih baik dari pada, terus menerus terlelap memimpikan dunia dengan perhiasannya yang gemerlap.

1 komentar:

berkarya merajut harapan mengatakan...

pak dokter suda brusaha yg baik bwat psn..