Sabtu, 02 Agustus 2014

Koleksi Pilpres 2014

Pemilihan Presiden tahun 2014 ini memang istimewa, seru, jadi sumber pertengkaran, perseteruan, ajang olok-olok dan tentunya sumber inspirasi yang kaya

berikut adalah kalimat-kalimat yang saya keluarkan akibat situasi yang terjadi pada pilpres apa adanya sebagai pengingat untuk diri saya pribadi,

Pada musim kampanye saya tidak banyak memperhatikan karena bulan itu saya dalam perjalanan di eropa. perlu di perhatikan bahwa saya adalah pendukung No.1 :)
Berikut yang pertama: Tribute buat pak Prabowo

Merenungi sosok Prabowo Subianto saya teringat The Riddle of Strider, bagi para penggemar J.R.R. Tolkien, fans LOTR dan sejarah Midlle Earth khususnya mengenai Dunedain of The North tentu sudah familier dengan puisi ini

All that is gold does not glitter

Not all those who wander are lost

The old that is strong does not wither
Deep roots are not reached by the frost


From the ashes a fire shall be woken

A light from the shadows shall spring

Renewed shall be blade that was broken
The crownless again shall be king.

Next kalimat untuk para saksi yang bekerja keras:

Ditengah kabut asap perang psikologis, 
kebenaran bergantung di ujung tanduk 
lengah sekejap rakyat banyak menangis
dan negara hancur remuk

para saksi lah yang kini berdiri di garis terdepan, 

ketajaman mata mereka yang membedakan

haq dan batil terpaut segaris tipis sahaja
mari doakan mereka, para saksi di medan laga


ketika hasil pemilu sudah keluar tanda-tandanya, saya mengarahkan tudingan pada kaum golput:

they put the nation in waiting

they put the people in uncertainty

they put us all in the brink of social unrest

and to put salt on a wound
they feel happy and very much relax on the condition

Terakhir mengenai sportifitas dan legowo yang tiba-tiba jadi trending topic

Sportifitas, sikap gentleman atau legowo adalah ilusi, tabir asap yg diciptakan oleh kaum penindas untuk membungkam protes...
Sportifitas sejati hanya muncul diatas penghormatan thd kebenaran dalam pertarungan yg adil
Sikap legowo demi persatuan dan perdamaian hanyalah kosmetika publik untuk menutupi wajah buruk kezaliman
Pejuang sejati mengenali dan mengagumi kekalahan mutlak akibat tipu daya dalam peperangan
Tapi berdiam diri atas kekalahan serupa diluar medan tempur adalah absurd, tanda kelemahan dan jiwa yg terbelenggu..singkatnya mental Inlander !

Europe Trip : Paris

Bulan lalu akhirnya saya menjejakan kaki di Eropa..Benua biru..

Saya dan dua orang rekan berkesempatan mengikuti training di Jerman. Topik trainingnya penting, tapi bukan maksud saya menceritakannya dalam tulisan ini

saya ingin membagi kesan saya dalam perjalanan ini. Eropa bukan benua yang asing lagi sebenarnya, sudah banyak yang mengisahkannya bahkan membuatnya jadi film. Orang bilang perjalanan akan membuka mata kita, entahlah tapi apa yang saya lihat ternyata menjadi konfirmasi apa yang selama ini saya fikirkan ( the sceptic in me)

Paris, Ibukota eropa adalah kota pertama yang kami kunjungi, transit satu hari sebelum menjadi tujuan akhir kami Koln di jerman. Salah satu minat saya dalam perjalanan adalah melihat kehidupan keseharian warganya, jadi saya selalu memilih menggunakan tranportasi publik, seperti metro dan subway. Saya juga sebisa mungkin menghindari area turis yang terlalu ramai. Passion saya sebenarnya pada kultur dan sejarah suatu tempat.

Hei !, tapi siapa yang bisa menolak mengunjungi Eiffel ketika sampai di Paris, jadi sebagai kompromi saya mengatur 2 site yang kami kunjungi yaitu Eiffel dan Louvre. Kami sampai ke Louvre meski hanya sampai halamannya saja, simply no idea how to get inside LOL. Di kejauhan kami melihat Eiffel, jadi setelah makan dan uang secukupnya kami kembali ke bawah tanah, figure out which metro to take :)

Eiffel turn out berupa stuktur metal kelabu yang mulai nampak lusuh dan muram, mungkin karena usia, cuaca atau beratnya menjadi saksi bagi warga Paris dan dunia yang mengunjunginya (its summer for heaven sake).
Kami akhirnya mengaso di tepian air sungai Seine, fikiranku melayang ke kisah-kisah dalam tetralogi Emperor-nya Conn Iggulden, betapa perjuangan bangsa Romawi membawa peradaban dan jaringan jalannya ke wilayah Gaul.

Di Paris kami melihat, kaki lima, calo, pengemis, gelandangan, metro yang bau pesing, tapi kami juga melihat gabled house yang cantik, bangunan-bangunan megah, dan patung-patung. Berbagai macam ras, dan suku bangsa menghuni kota ini, memang luar biasa. Sisa hari itu kami habiskan untuk memulihkan tubuh dari jet lag.

Di akhir rangkaian perjalanan sebelum kembali ke jakarta, kami sempat ke Paris lagi dan kembali ke Louvre, kami memutuskan untuk berjalan sepanjang taman dan menyaksikan bagaimana cahaya matahari begitu dihargai di eropa :) dan mengakhiri trip eropa kami dengan tidur siang dibawah naungan pepohonan di taman yang menghadap bundaran dengan Obelisk di tengahnya