Rabu, 27 November 2013

Surat Terbuka PROKAMI untuk Indonesia (original version)

*orginal version dari Press Release IMANI-PROKAMI terkait demonstrasi dokter 27 November 2013.
as per req. dr Achmad Zaki M.Epid. SpOT disusun selasa 26 November 2013 diatas commuter line Bogor-Jakarta en route ke stasiun cikini, ketikan awal disusun di Microsoft One Note Nokia Lumia. Sumber referensi: Risalah Pergerakan (Hassal Al Banna), Wajah Dokter Indonesia ( {Prof.Sjamsuridzal Djauzi)


Assalamualaikum wr wb

Ba'da tahmid dan shalawat, mencermati kegaduhan di ruang-ruang komunikasi seputar kasus hukum yang dialami sejawat peserta pendidikan program dokter spesialis kebidanan dan kandungan di manado, serta menangkap kegelisahan sejawat dokter dan kegundahan tenaga kesehatan lainnya. PROKAMI sebagai stakeholder kesehatan di negeri ini menyampaikan seruan pada bangsa Indonesia...

1. Kepada saudara kami para dokter yang diikat oleh sumpah yang satu, suarakan aspirasi kalian besok sebagai hak setiap warga negara. Ingatlah bahwa Allah swt yang menyembuhkan penyakit bukan kalian, simpan keraguan dan tutup kebimbangan, pengabdian kita tidak sepatutnya menghilangkan keadilan.

2. Kepada sejawat tenaga kesehatan, perawat, bidan, analis, radiografer, fisioterapis dan lainnya kita adalah keluarga. Mari lupakan sejenak perselisihan, ini adalah momentum evaluasi, konsolidasi, reposisi dan reorganisasi. Ambilah pelajaran dan antisipasi karena sejarah akan berulang

3. Kepada industri farmasi, pejabat kesehatan, pemimpin profesi, civitas akademika, pemilik modal bangunlah! Kita beredar dalam orbit yang sama, ada fundamental yang salah dengan sistem kesehatan di negeri ini. Mari kita manfaatkan momentum ini untuk formulasikan sistem yang harmoni, seimbang dan berkeadilan.

4. Kepada rakyat, kami adalah kalian, hubungan kita bukanlah produsen dan konsumen, bukan provider dan klien, bukan pula keluarga atau saudara melainkan kita adalah sahabat. Setelah segala yang terjadi kami tetap teguh dengan jabat persahabatan, semoga Allah swt meringankan beban kalian dengan kesehatan. Seperti semua sahabat, kami hanya menyatakan apa adanya, tidak lebih.

Demikian, untuk negeri ini dan masa depan umat Islam


Wassalamualaikum wr wb.

Minggu, 24 November 2013

Persepsi masyarakat terhadap Ilmu Pengetahuan

*Diolah dari Sergei Kapitza; Public perception of science and anti science: science and counter culture. World Confrence of Science Hungaria 1999 untuk tugas mata kuliah filsafat sains program doktor IPB

Pada zaman modern, Ilmu pengetahuan dasar dapat dipandang sebagai bagian dari kultur. Kontribusi Ilmu pengetahuan praktis dalam perkembangan industri dan ekonomi tidak dapat disangkal. Meski demikian interaksi Ilmu Pengetahuan dengan masyarakat, pendidikan dan kultur jauh lebih kompleks dan sering kali kontroversial. Ilmu Pengetahuan telah berkembang menjadi dalam skala global menembus batas-batas negara sementara kultur semakin erat dikaitkan dengan identitas bangsa dan bahasa serta tradisi lokal.

Ilmu pengetahuan berkembang  dalam bidang yang semakin lama semakin spesifik akan tetapi masyarakat menerima informasi ilmu pengetahuan melalui upaya multidisiplin, hal ini menyulitkan proses transfer informasi dan pemahaman oleh orang awam atau bahkan para pejabat pemerintahan. Hal ini menjadi sebab hilangnya kontak antara ilmu pengetahuan dengan masyarakat dan kebutuhan manusia dalam kehidupan

Bentuk perceraian antara  ilmu pengetahuan dan masyarakat dapat berupa 1) muncul kembalinya kepercayaan kuno yang bersifat supernatural. Di Indonesia hal ini dapat terlihat pada fenomena “Ponari”  dan  larisnya dukun menjelang tahun pemilu, keduanya mewakili kepercayaan terhadap kekuatan magis yang bertentangan dengan rasionalitas medis dan kalkulasi politik. 2) penolakan terhadap perkembangan-perkembangan modern seperti energi nuklir, rekayasa genetik yang semakin berkembang. Dalam banyak kejadian penolakan ini berupa rasa takut yang irrasional dan kurangnya pemahaman

Perkembangan tekhnologi yang pesat merubah perangkat keras masyarakat sedemikian cepat hingga perubahan perangkat lunak masyarakat selalu tertinggal dan orang-orang kemudian mundur dan berlindung pada ide-ide lama. Jurang pemisah yang semakin lebar ini mungkin adalah alasan penolakan terhadap ilmu pengetahuan dan sikap anti-ilmu pengetahuan. Tren ini bahkan terlihat diantara para ilmuwan sendiri berupa hilangnya identitas, dan degradasi moral ilmuwan yang terperangkap dalam dunia yang semakin kompetitif.


Efek lebih signifikan kemudian terlihat pada hilangnya rasa percaya dan harapan, serta runtuhnya ide-ide yang selama ini memberi panduan dan tujuan. Penolakan terhadap rasio dan sikap positif adalah konstruk postmodernisme. Kondisi hilangnya arah dan tujuan serta rendahnya pemahaman dan pengertian terhadap ilmu pengetahuan menjerumuskan masyarakat pada sikap pro “natural” yang keliru. Maraknya riset herbal, anjuran back to nature, hidup sehat alami, “obat alami tanpa efek samping”, serta pengobatan ala nabi mudah-mudahan bukanlah bagian sikap anti-ilmu pengetahuan  melainkan murni aktivitas mencari ilmu pengetahuan sehingga sepatutnya berkembang secara terstruktur dan terarah seperti layaknya ilmu pengetahuan disusun, dikaji, dibuktikan dan diorganisasikan dengan baik

Selasa, 19 November 2013

Menghimpun pemikiran yang terserak

*tulisan adalah kata pengantar yang dibuat untuk buku Bunga Rampai Kedokteran Islam (original version)
 Form Pemesanan buku
 http://goo.gl/sMF1hF
Harga Rp.50.000 belum termasuk ongkos kirim

Lebih dari setahun yang lalu kami memulai suatu kebiasaan yang kami anggap baik yaitu mengumpulkan tulisan. Melalui berbagai cara, sekian tulisan yang terserak hasil karya para dokter muslim berhasil dikumpulkan. Kisah para dokter selalu menarik untuk diceritakan mulai dari kisah klasik seperti The Doctor karya novelis Eric Segal sampai Team Medical Dragon karya mangaka Akira Nagai dan Taro Nogizaka. Muslim yang menggunakan kacamata Islam dalam kehidupannya sebagai dokter tentu memiliki aroma khas yang terasa dalam tulisan-tulisan ini.

Bukan kebetulan pula bila sebagian besar dari kami berasal dari satu almamater yang suatu ketika pernah memiliki suatu momen bersama namun saat ini terpencar di setiap penjuru mata angin dan dalam dimensi kehidupan yang berbeda menjalani takdirnya masing-masing. Tulisan-tulisan ini mengungkap isi fikir kami sebagai muslim dan dokter sekaligus. Buku ini memberikan kami kesempatan untuk melakukan reuni, suatu reuni pemikiran dalam kedokteran Islam.

Ruas pertama dalam buku ini bercerita tentang dilema, mimpi dan harapan. Melalui bagian ini kami bercermin dan melihat kembali apakah jalan yang kami tempuh saat ini memang jalan yang layak untuk seorang muslim. Dari laboratorium ke meja operasi dan dari ruang praktek ke dalam benak serta relung jiwa pasien. Ruas ini kami akhiri dengan doa lulusan dokter yang merangkum dan menggenggam.

Ruas kedua kami isi dengan tulisan yang memberi tuntunan untuk pelbagai masalah seperti problem rokok dan shaum Ramadhan. Kami juga menggali makna dari ilmu dan pengalaman yang tidak jarang mendorong proses deep thinking. Beberapa tulisan disajikan dalam bentuk hasil kunyahan atas ilmu yang tidak setiap orang mampu menimbanya. Pada ruas ketiga kami berusaha mendefinisikan kedokteran islam secara formal. Bagian ini adalah hasil pemikiran  mengenai beberapa aspek dalam kedokteran islam seperti tinjauan historis, pelayanan kesehatan, pengobatan ala nabi serta peran ulama. Kami mengikutsertakan guru kami Ust. Ahmad Sarwat, Lc. dan dr Siti Aisyah Ismail untuk memperkaya bagian ini.

Terakhir, seperti juga kehidupan, dunia kami diwarnai perdebatan. Kedokteran Islam difahami oleh banyak kepala dengan beragam pemikiran beserta cabang-cabang pandangannya. Ruas ini menjadi fokus keprihatinan kami karena muslim tidak saja telah memahami tapi juga melaksanakan dan menyebarluaskan kebodohan yang dibalut semangat dakwah dan jihad. Sedemikian hingga kami melihat fenomena eropa di abad kegelapan terjadi pada sebagian kecil komunitas muslim di abad kebangkitan Islam namun dengan konsekuensi yang dapat  melumpuhkan generasi muslim.


Buku ini berusaha merangkum pemikiran yang terserak membentuk mozaik, aroma dan bunga rampai mengenai muslim, dokter dan kedokteran Islam. Satu hal yang kami sadari, kedokteran Islam, sebelum hal lainnya, adalah seorang dokter yang menggunakan Islam untuk memandang kehidupannya. Buku ini berharap menjadi bagian dari upaya membangun budaya belajar dan menulis, kultur rasionalitas ilmu dan intuisi kalbu, peradaban hati dan akal serta menjadi bagian dari arus kebangkitan Islam.

Selasa, 11 Juni 2013

Peranku bagi Indonesia

*essay untuk aplikasi beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan)

Sebagai dosen dan peneliti khususnya di fakultas kedokteran saya ingin berkontribusi setidaknya dalam dua bidang. Pertama sebagai pendidik di lingkungan fakultas kedokteran saya ingin menularkan semangat dan kultur riset pada calon dokter Indonesia. Dokter dengan semangat dan kemampuan yang mumpuni di bidang riset akan selalu membawa kemajuan pada kedokteran atau kesehatan apapun bidang yang diampunya kelak. Dokter yang selalu berhati-hati, cermat, pantang menyerah, mudah berkolaborasi, mampu menulis tentu akan memberikan manfaat yang besar pada kemajuan dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Dokter Indonesia yang terbiasa melakukan penelitian akan cenderung berhati-hati ketika menghadapi masalah dan tidak kehilangan akal ketika dihadapkan pada keterbatasan alat dan fasilitas. Sebagai contoh dokter yang bertugas di daerah terpencil dapat memperbaiki generator berbasis panel sel surya yang telah lama terbengkalai karena mampu memahami buku manual. Perbaikan generator tersebut memungkinkan penyimpanan stok vaksin untuk program imunisasi.
Penelitian selalu mendorong kolaborasi hingga seorang dokter dapat berkomunikasi secara setara dengan koleganya serta memaklumi bahwa sebagai manusia memiliki keterbatasan ilmu. Kemampuan menulis, mengutarakan ide dan melaporkan temuan sangat diperlukan oleh dokter agar kolega dan masyarakat luas dapat mengikuti perkembangan Ilmu kedokteran dengan baik. Sebagai contoh sistem rujukan hanya dapat berjalan bila spirit kolaborasi dan kerendahan hati dimiliki oleh setiap dokter. Tidak akan terdengar cerita dokter yang “memelihara pasien” atau pasien yang berobat langsung ke layanan spesialistik, karena ketika seorang dokter merasa tidak memiliki cukup ilmu untuk menangani pasien ia akan merujuk atau berkonsultasi dengan koleganya. Sementara di pihak lain seorang dokter layanan spesialistik juga tidak akan serta merta menerima pasien tanpa rujukan yang sesuai dengan bidang ilmu spesialistik yang dikuasainya.
Dokter yang memahami kultur riset cenderung rasional dan lebih mempercayai data dan fakta serta tidak silau dengan iming-iming keuntungan duniawi. Kemampuan membuat proposal riset, melaksanakan, melaporkan dan membuat publikasi riset adalah satu set keahlian yang memungkinkan seorang dokter menjadi pembelajar seumur hidup. Sebagai contoh adalah maraknya pseudoscience yang beredar mulai dari terapi batu giok hingga terapi yang bersifat supranatural. Dokter akan mudah memisahkan terapi rasional dengan terapi abal-abal hingga dapat memberikan saran dan edukasi yang terbaik untuk masyarakat umum
Hal kedua yang ingin saya berikan adalah kontribusi di bidang kedokteran regeneratif di Indonesia. Kedokteran regeneratif meliputi bidang rekayasa jaringan, sel punca, dan biomaterial. Meski Indonesia masih tergolong negara berkembang dan prioritas riset masih terfokus pada penyakit infeksi menular namun bidang kedokteran regeneratif adalah masa depan yang harus dirintis sejak sekarang. Riset dan aplikasi terapi regeneratif akan mendorong industri farmasi meninggalkan tekhnologi konvensional dan beralih pada bioteknologi dengan produk berupa biofarmaka.
Rekayasa jaringan mencakup penggantian jaringan atau bahkan organ tubuh yang rusak dengan jaringan/organ yang dikembangkan di dalam laboratorium. Hal ini menjadi alternatif untuk memenuhi demand transplantasi organ yang selalu lebih besar dari supply. Sebagai contoh penyakit diabetes akibat produksi insulin yang kurang, suatu saat alih-alih melakukan injeksi insulin secara rutin pasien dapat mendapat transplantasi pankreas dengan kemampuan produksi insulin yang normal.
Bidang sel punca saat ini sudah sampai pada tahap produksi sel yang mampu berdiferensiasi menjadi hampir seluruh jenis yang ada dalam tubuh menggunakan sel pasien sendiri. Fibroblas dan keratinosit yang didapat dari kulit dapat di induksi tanpa menggunakan perantara virus menjadi sel iPSc (Induced pluripotent stem cells) suatu sel yang mampu berdiferensiasi menjadi sel dari ketiga lapisan germinal ectoderm, mesoderm dan endoderm.
Bidang biomaterial melengkapi rekayasa jaringan dengan menyediakan rangka atau scaffold  tempat sel tumbuh dan berkembang membentuk struktur 3 dimensi. Material biologis yang digunakan seringkali berasal dari kekayaan hayati yang banyak dimiliki Indonesia. Sebagai contoh adalah chitosan yang berasal dari hewan laut dapat dikombinasikan dengan kolagen membentuk rangka untuk tempat tumbuh fibroblast. Keratinosit yang ditanam diatas struktur ini akan menghasilkan suatu produk kulit buatan atau Bioengineered Skin yang dapat digunakan untuk terapi luka bakar atau ulkus diabetes.

Akhir kata, peran saya untuk Indonesia adalah menularkan semangat ilmiah dan kultur riset pada dokter Indonesia sehingga terbentuk dokter yang cerdas, cermat dan rendah hati dan seorang pembelajar seumur hidup untuk menyehatkan masyarakat luas. Peran saya berikutnya adalah membangun bidang kedokteran regeneratif yang mendorong revolusi industri farmasi, bioteknologi dan pemanfaatan kekayaan sumber daya hayati menjadi salah satu kompetensi strategis bangsa Indonesia diantara bangsa-bangsa lain.

Sukses terbesar dalam hidupku

*essay yang dibuat untuk aplikasi beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan)

Kesuksesan umumnya terkait prestasi, jadi kalau melihat resume pribadiku yang tidak mencantumkan prestasi apapun, wajar bila pertanyaan kesuksesan termasuk sulit aku jawab. Orang tuaku akan mengatakan Indra sukses karena sudah berhasil menjadi dokter. Tetangga dan keluarga besar akan mengatakan Indra sukses karena masuk perguruan tinggi negeri dan mendapat perkerjaan yang tetap. Mereka yang menyertaiku sepanjang perjalanan hidup melihat apa yang kulalui ini adalah sebuah kesuksesan, tapi aku sendiri yang menjalaninya melihat teman-teman seangkatan yang lebih menonjol dengan beragam prestasinya, sementara Indra ini biasa saja sebenarnya.
Sampai titik ini dalam kehidupan aku merasa tidak memiliki prestasi yang menonjol seperti orang lain yang menjadi juara lomba cabang olahraga tertentu, mendapat penghargaan akademik, mendapat beasiswa, mendapat hadiah, bonus, pekerjaan bergaji tinggi dan lain sebagainya. Dalam setiap kondisi aku selalu berusaha memberikan yang terbaik dan hasilnya juga lumayan memuaskan aku dan orang lain seperti teman dan atasan yang melihat hasil kerjaku. Untuk semua itu aku mendapatkan penghargaan, respek, dan persahabatan, tapi tidak ada satupun yang bisa kucantumkan dalam curriculum vitae sebagai prestasi dan sebuah kesuksesan yang dapat dibanggakan.
Ini bukan berarti aku mengeluhkan hidupku, hanya saja aku merasa heran sendiri dan terus berfikir lebih dalam. Inspirasi itu hinggap di dalam kereta komuter yang kunaiki setiap hari. Pada sore hari itu dalam perjalanan pulang melintasi stasiun Pasar Minggu aku menyadari kesuksesan terbesar dalam hidupku hanya dengan merubah sudut pandang sedikit.  Untuk bisa memahaminya aku perlu memberikan  gambaran sekilas perjalanan hidupku. Aku adalah anak kedua dari 2 bersaudara, menjalani masa kecil di kota  kecil yaitu Garut di daerah Jawa Barat hingga memasuki usia SMP. Pendidikan menengah aku jalani di salah satu SMU favorit di Bandung. Hidup sendiri, terpisah dari kakak dan keluarga, hingga aku kuliah di PTN di Jakarta, menikah dan berkeluarga aku tidak pernah lagi kembali ke rumah orang tua, kecuali dalam rangka liburan tentunya.
Pada usia 16 tahun aku seperti burung yang telah pergi dari sarangnya, meninggalkan kedua orang tua dan menjalani hidup hingga saat ini di usia 31 tahun. 15 tahun telah berlalu dan banyak hal sudah terjadi dan disinilah aku merasakan sukses terbesar dalam hidupku. Dalam tahun-tahun yang berlalu itu tanpa naungan orang tua, ditengah masyarakat, mengatur hidupku secara mandiri, memilih teman sendiri, dalam kebebasan yang sebebas-bebasnya aku berhasil menjadi dewasa, meraih kematangan, kemandirian tanpa insiden apapun. Tanpa terjerat narkoba, seks bebas, atau perbuatan kriminal lainnya.
Sukses terbesar dalam hidupku adalah survive sebagai orang biasa, baik, normal dan waras ditengah masyarakat yang semakin galau ini. Itulah kesuksesan yang paling aku syukuri, berapa banyak sudah kesempatan menjadi ‘rusak’ yang aku lewati dengan disadari ataupun tanpa kusadari. Kesuksesan ini memberikan aku pijakan yang bersih, kokoh dan lapang untuk banyak berbuat, memberi manfaat, berkarya, membangun dan memperbaiki tanpa dibebani penyesalan dan hambatan dari masa lalu.

. Aku menyadari kesuksesan ini bukan lah atas usaha dan kerja kerasku tapi buah dari do’a orang tua dan rencana yang Allah swt rancang untuk diriku. Kesadaran itu terasa kuat karena kesuksesan ini tidak bisa aku klaim sebagai hasil peluh sendiri tapi bagian dari skenario besar untuk bangsa ini. Hari ini aku berada pada kondisi yang siap siaga untuk berkontribusi dalam masyarakat adalah buah dari kesuksesan tersebut. Aku meyakini bahwa aku adalah bagian dari perwujudan do’a dan pengorbanan orang-orang ikhlas, pahlawan tanpa nama, dan orang-orang terzalimi yang menginginkan bangsa ini unggul dan menjadi tauladan serta negara ini mewujudkan nama yang sudah lama disematkan yaitu sepenggal firdaus di muka bumi.