Selasa, 10 Juni 2008




What Indra Kusuma Means



You tend to be pretty tightly wound. It's easy to get you excited... which can be a good or bad thing.

You have a lot of enthusiasm, but it fades rather quickly. You don't stick with any one thing for very long.

You have the drive to accomplish a lot in a short amount of time. Your biggest problem is making sure you finish the projects you start.



You are very intuitive and wise. You understand the world better than most people.

You also have a very active imagination. You often get carried away with your thoughts.

You are prone to a little paranoia and jealousy. You sometimes go overboard in interpreting signals.



You are balanced, orderly, and organized. You like your ducks in a row.

You are powerful and competent, especially in the workplace.

People can see you as stubborn and headstrong. You definitely have a dominant personality.



You are wild, crazy, and a huge rebel. You're always up to something.

You have a ton of energy, and most people can't handle you. You're very intense.

You definitely are a handful, and you're likely to get in trouble. But your kind of trouble is a lot of fun.



You are usually the best at everything ... you strive for perfection.

You are confident, authoritative, and aggressive.

You have the classic "Type A" personality.



You are a seeker of knowledge, and you have learned many things in your life.

You are also a keeper of knowledge - meaning you don't spill secrets or spread gossip.

People sometimes think you're snobby or aloof, but you're just too deep in thought to pay attention to them.



You are a very lucky person. Things just always seem to go your way.

And because you're so lucky, you don't really have a lot of worries. You just hope for the best in life.

You're sometimes a little guilty of being greedy. Spread your luck around a little to people who need it.



You are the total package - suave, sexy, smart, and strong.

You have the whole world under your spell, and you can influence almost everyone you know.

You don't always resist your urges to crush the weak. Just remember, they don't have as much going for them as you do.







You are confident, self assured, and capable. You are not easily intimidated.

You master any and all skills easily. You don't have to work hard for what you want.

You make your life out to be exactly how you want it. And you'll knock down anyone who gets in your way!

Jumat, 06 Juni 2008

Berhenti Sejenak

Mari kita berhenti sejenak di sini! Kita sudah relatif jauh berjalan bersama dalam kereta dakwah. Banyak sudah yang kita lihat dan yang kita raih. Tapi juga banyak hal yang masih kita keluhkan; ada begitu banyak rintangan yang menghambat laju kereta, ada begitu banyak goncangan yang melelahkan fisik dan jiwa kita, atau suara-suara gaduh dari mereka yang mengobrol tanpa ilmu dalam kereta ini yang memekakkan telinga kita, atau tikungan-tikungan tajam yang menegangkan. Tapi juga banyak pemandangan indah yang terlewatkan dan tak sempat kita potret, juga banyak kursi kosong dalam kereta dakwah ini yang semestinya bisa ditempati oleh penumpang-penumpang baru tapi tidak sempat kita muat. Dan masih banyak lagi!


Jadi, mari kita berhenti sejenak di sini! Kita memerlukan saat-saat seperti ini; saat dimana kita melepaskan kepenatan yang seringkali mengurangi ketajaman hati, saat dimana kita membebaskan diri dari rutinitas yang seringkali mengurangi kepekaan spiritual, saat dimana kita melepaskan sejenak beban dakwah yang selama ini kita pikul dan mungkin menguras stamina dakwah kita. Kita memerlukan saat-saat seperti ini karena mungkin kita perlu membuka kembali peta perjalanan dakwah kita; melihat-lihat jauhnya jarak yang telah kita tempuh dan sisa jarak perjalanan yang masih harus kita lalui, menengok kembali hasil-hasil yang telah kita raih, meneliti rintangan yang mungkin menghambat laju pertumbuhan dakwah kita, memandang ke alam sekitar karena mungkin banyak aspek dari lingkungan strategis kita telah berubah.

Tapi ternyata bukan hanya kita para duat yang perlu berhenti. Para pelaku bisnis juga mempunyai kebiasaan seperti ini. Orang-orang yang mengurus dunia itu memerlukan saat-saat seperti ini untuk menata ulang bisnis mereka. Mereka menyebut kebiasaan ini sebagai penghentian. Tapi sahabat-sahabat Rasulullah saw., generasi pertama yang telah mengukir kemenangan-kemenangan dakwah dan karenanya berhak meletakkan kaidah-kaidah dakwah, menyebutnya majelis iman. Maka Ibnu Mas’ud berkata, "ijlis bi na, nu’min sa’ah - Duduklah bersama kami, biar kita beriman sejenak"

Majelis iman atau tradisi penghentian adalah wacana yang kita butuhkan untuk dua keperluan. Pertama, untuk memantau keseimbangan antara berbagai perubahan pada lingkungan strategis dengan kondisi internal dakwah serta laju pertumbuhannya. Yang ingin kita capai dari upaya ini adalah memperbaharui dan mempertajam orientasi kita, melakukan penyelarasan dan penyeimbangan berkesinambungan antara kapasitas internal dakwah, peluang yang disediakan lingkungan eksternal dan target-target yangdapat kita raih. Kedua, untuk mengisi ulang hati kita dengan energi baru sekaligus membersihkan debu-debu yang melekat padanya di sepanjang jalan dakwah. Yang ingin kita raih di balik ini adalah memperbarui komitmen dan janji setia kita kepada Allah swt; bahwa kita akan tetap teguh memegang janji itu, bahwa kita akan tetap setia memikul beban amanat dakwah ini, bahwa kita akan tetap tegar menghadapi semua tantangan, bahwa yang kita harap dari semua ini hanyalah ridha-Nya. Hari-hari panjang yang kita lalui bersama dakwah ini akan menguras seluruh energi jiwa yang kita miliki. Maka majelis iman seperti ini adalah tempat kita berhenti sejenak untuk mengisi hati dengan energi yang tercipta dari kesadaran baru, semangat baru, tekad baru, harapan baru dan keberanian baru.

Rasanya majelis iman atau tradisi penghentian seperti ini semakin kita butuhkan ketika perjalanan dakwah kita sudah semakin jauh. Pertama, karena tahap demi tahap dari keseluruhan marhalah yang kita tetapkan dalam grand strategy dakwah kita perlahan-lahan kita lalui. Mulai dari rekruitmen dan pengkaderan qiyadah dan junud dakwah yang kita siapkan untuk memimpin ummat meraih kejayaannya kembali, kemudian melakukan mobilisasi sosial untuk menyiapkan dan mengkondisikan ummat untuk bangkit, sampai akhirnya kita membentuk partai sebagai salah satu wadah yang kita butuhkan untuk merepresentasikan dakwah pada tingkat institusi. Kedua, karena kita hidup pada sebuah masa dengan karakter yang tidak stabil. Perubahan-perubahan besar pada lingkungan strategis berlangsung dalam durasi dan tempo yang sangat cepat. Dan perubahan-perubahan seperti itu selalu menyediakan peluang dan tantangan yang sama besarnya. Dan apa yang dituntut dari kita -kaum duat- adalah melakukan pengadaptasian, penyelarasan, penyeimbangan dan pada waktu yang sama, meningkatkan kemampuan untuk memanfaatkan momentum. Ketiga karena kita mengalami seleksi dari Allah swt secara kontinyu, sehingga banyak duat yang berguguran, juga banyak yang berjalan tertatih-tatih.

Semua itu membutuhkan perenungan yang dalam. Maka dalam majelis iman atau melalui tradisi penghentian ini, kita mengukuhkan sebuah wacana bagi proses pencerahan pikiran, penguatan kesadaran, penjernihan jiwa dan pembaruan niat dan semangat jihad. Dan inilah yang dibutuhkan oleh dakwah kita saat ini.

Tradisi penghentian atau majelis iman semacam ini harus kita lakukan dalam dua tingkatan; individu atau jamaah (organisasi). Pada tingkatan individu, tradisi ini dikukuhkan melalui kebiasaan merenung, menghayati dan menyelami telaga akal kita untuk menemukan gagasan baru yang kreatif, matang dan aktual, di samping kebiasaan muhasabah, memperbaharui niat, menguatkan kesadaran dan motivasi serta memelihara kesinambungan semangat jihad. Hasil-hasil inilah yang kemudian kita bawa ke dalam majelis iman untuk kita bagi kepada yang lain, sehingga akal individu melebur dalam akal kolektif, semangat individu menyatu dalam semangat kolektif dan kreativitas individu menjelma menjadi kreativitas kolektif.

Kalau ada pemaknaan yang aplikatif terhadap hakikat kekhusyukan yang disebutkan Al-Quran, maka inilah salah satunya. Penghentian seperti inilah yang mewariskan kemampuan berpikir strategis, penghayatan emosional yang menyatu secara kuat dengan kesadaran, dan keterarahan yang senantiasa terjaga di sepanjang jalan dakwah yang berliku dan curam. Maka Allah swt mengatakan, "Belumkah datang saat bagi orang-orang beriman untuk mengkhusyukan hati dalam mengingat Allah dan dalam (menjalankan) kebenaran yang diturunkan. Dan bahwa hendaklah mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang telah diberikan Alkitab sebelumnya (di mana) ketika jarak antara mereka (dengan sang Rasul) telah jauh, maka hati-hati mereka menjadi keras, dan banyak dai mereka yang menjadi fasik." (Q.S. Alhadid: 16)

Beginilah akhirnya kita memahami mengapa Rasulullah saw menyunnahkan ummatnya melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, atau mengapa Allah swt menanamkan kegemaran berkhalwat pada Rasulullah saw tiga tahun sebelum beliau diangkat menjadi Rasul, atau bahkan mengapa Umar bin Khattab mempunyai kebiasaan i’tikaf di Masjidil Haram sekali sepekan di masa jahiliyah. Begini pula akhirnya kita memahami mengapa majelis-majelis kecil para sahabat Rasululah saw di masjid atau di rumah-rumah mereka berubah menjadi wacana yang melahirkan gagasan-gagasan besar atau tempat merawat kesinambungan iman dan semangat jihad. Maka ucapan mereka, kata Ali bin Abi Thalib, adalah zikir, dan diam mereka adalah perenungan.

Tradisi inilah yang hilang di antara kita sehingga diam kita berubah jadi imajinasi yang liar, dan ucapan kita kehilangan arah dan makna. Maka dakwah kehilangan semua yang ia butuhkan; pikiran-pikiran baru yang matang dan brilian, kesadaran yang senantiasa melahirkan kepekaan dan semangat jihad yang tak pernah padam di sepanjang jalan dakwah yang jauh dan berliku.

Adalah kerugian besar bila tradisi ini pergi menguap dari wilayah perhatian kita hanya dikarenakan kesibukan dan rutinitas yang mulai kehilangan makna serta orientasi. Wallahu’alam.



di kutip dari http://beranda.blogsome.com/

Kamis, 05 Juni 2008

kejang pada bayi

os bayi 11 bulan, laki-laki. datang dengan demam sejak sebulan terakhir, dengan kisaran 38 derajat. sejak usia 6 bulan menderita kejang tonik. telah diperiksa EEG-nya dan mengindikasikan epilepsi, oleh neurolog anaknya diobati dengan depaken, saat ini telah di kombinasi dengan topamax. kejang saat ini telah berkurang, meski tidak hilang sama sekali.

hasil CT Scan di dapatkan kalsifikasi daerah temporo-parietal, dan pembesaran ventrikel. hasil pemeriksaan darah didapat kesan anemia, dengan Hb 9-10 mg/dl, dengan leukosit bertahan di kisaran 13.000. ferroglobin 2 minggu tidak memberikan perubahan variabel laboratorium.

riwayat persalinan SC, dengan paparan obat KB pada kehamilan muda, BL normal, saat ini BB sudah lebih dari 10 kg

pertanyaan :
  1. bisakah low grade fever yang dialami ada hubungan dengan dugaan epilepsinya? ataukah entitas penyakit yang berbeda?
  2. apa makna hasil pembacaan CT yaitu kalsifikasi? apa konsekuensi berkaitan dengan regionya di otak
  3. apakah mungkin pada CT berikutnya (serial) pembesaran ventrikel terjadi lebih besar lagi? apakah biasa terjadi pada epilepsi?
  4. demam saat ini diobati dengan sanmol drops, depaken sudah mencapai dosis maksimal, topamax pada labelnya ada perhatian terhadap gangguan fungsi hati. mengingat demam yang persisten dan sulitnya menghilangkan kejang, sejauh mana interaksi obat yang mungkin terjadi
  5. apa alternatif obat bila depaken dan topamax gagal
  6. bagaimana prognosis pasien ini
mohon tangggapan sejawat sekalian utamanya para (calon) neurolog dan (calon) pediatrician
informasi detil lanjutan bisa japri ke qus_corporation@yahoo.com
banyak terima kasih

bicara bulutangkis

Membicarakan bulu tangkis pada saat sekarang ini mungkin agak terlambat, tapi meski Thomas dan Uber sudah berlalu masih ada agenda olimpiade Beijing tahun ini. Indonesia adalah salahsatu powerhouse bulutangkis, negara yang dominan dan memiliki sejarah prestasi yang baik.

kecenderungan yang teramati pada cabang olahraga ini adalah prestasinya yang kurang mencorong lagi, kalah jauh oleh China dan segera tersaingi oleh negara-negara Asia lainnya. patut disayangkan sebenarnya karena kemana lagi rakyat Indonesia bisa mengharap datangnya kebanggaan, selain pada cabang olahraga ini, sepak bola? basket? saya kira tidak.

oleh karena itu prihatin sekali melihat kalau prestasi yang diraih dari tahun ketahun semakin menurun. saya pribadi menyoroti faktor fisik atlet. sama seperti pada sepak bola, atlet kita punya kapasitas fisik yang kurang optimal. kelelahan pada bulu tangkis akan berakibat semakin berkurangnya keakuratan dan kekuatan pukulan, kelincahan, dan konsentrasi.

sebagai seorang yang berkecimpung di bidang fisiologi, saya bertanya-tanya seperti apa sih latihan fisik yang dijalani oleh atlet kita, baik yang di pelatnas maupun yang di klub-klub besar. pertanyaan ini menggerakkan say untuk belajar tentang sport medicine dan exercise physiology. banyak hal menarik yang saya dapatkan sejauh ini, namun ternyata kesulitan mendapatkan literatur lokal yang berkonsentrasi seputar pelatihan bulutangkis, fisik terutama.

saya juga tidak mendapati adanya suatu research group, atau leading reasearcher yang memberi masukan dan mengarahkan upaya pelatihan bulutangkis secara ilmiah. terus terang memang saya baru mencari-cari lewat internet, saya menemukan MBI (Masyarakat Bulu Tangkis Indonesia) yang mungkin tahu lebih banyak tentang hal ini.

sangat berharap mendapat masukan dari berbagai pihak, karena amat disayangkan bila Indonesia sebagai salah satu negara utama bulutangkis, Powerhouse istilahnya, tidak mendalami bulutangkis secara ilmiah, dan prestasi selama ini ternyata bukan merupakan produk dari upaya pelatihan yang saintifik. bila hal ini dibiarkan tidak heran bila prestasinya semakin menurun dari tahun ke tahun.

Senin, 02 Juni 2008

Buletin Medikasi

hari ini saya mendapat keistimewaan yang tidak disangka sebelumnya, yaitu mendapat buletin medikasi, dihantarkan langsung oleh crew ke cubicle saya. untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih.

sekedar prolog, buletin medikasi ini adalah semacam pers mahasiswa kedokteran yarsi, yang mempublikasikan beragam informasi seputar kedokteran dan kesehatan serta tentang yarsi itu sendiri utamanya fakultas kedokteran.

dari covernya tertulis edisi II/tahun III/mei 2008, masih tergolong muda sekali untuk sebuah publikasi mahasiswa, padahal usia yarsi sudah masuk usia 40 tahun. berarti bisa kita mengambil deduksi sederhana, ada sebuah keterputusan generasi, kevakuman aktivitas, intinya ada masalah dalam bidang kaderisasi lembaga.

tapi itu saya aja, sok-sok tahu melakukan deduksi sembarangan. tema dari buletin kali ini adalah tentang Global Warming, lalu ada profil dari bapak Rektor. buletin ini punya rubrik P3k, menarik juga. agak menganggu rubrik Refleksi yang terlihat amat tidak matang dalam penyampaian argumentasi, pesan yang baik seharusnya dibahasakan dengan kalimat yang baik pula.

rubrik info khusus memberikan informasi seputar lupus (SLE) disajikan dengan baik, meski sumber yang dicantumkan hanya 3, dan dua diantaranya dari sumber yang secara ilmiah tidak bisa di jadikan sandaran. seharusnya sebagai produk dari lingkungan kedokteran, tentu dapat mencari referensi yang tidak mudah diakses oleh awam.

dan rubrik kisah pembaca yang baik sekali, membuat kita berfikir, dan pas sekali rasanya., ada rubrik tentang iptek kedokteran yang tidak mengecewakan sama sekali, tapi kayaknya gak perlulah dicantumkan sumbernya hehehe..berlainan dengan rubrik INFUS yang menyajikan informasi penyakit yang harus dapat dipertanggungjawabkan karena bisa berimplikasi pada perilaku kesehatan seseorang.

oh di rubrik mengenai tips ini lah baru muncul tentang global warming, berarti saya salah mengambil kesimpulan, sebelumnya saya berfikir akan disajikan kajian tentang global warming sebagai tema utama. umumnya setau saya biasanya ada kajian utama yang menjadi fokus edisi, kita ambil saja contoh Tarbawi, majalah yang pernah saya singgung pada posting sebelumnya.

di majalah tarbawi, kajian utama dari majalah tergambar langsung pada cover majalah, contohnya yang saya pegang sekarang, temanya tentang Ramadhan yang segera menjelang. topik ini di bahas pada rubrik Dirosat yang mencakup 20 dari 70 halaman majalah.

Kembali ke medikasi, tampaknya tidak ada satu kajian utama, setelah saya lihat lagi covernya tidak lain adalah daftar isi, tapi itu cuma saya aja berpendapat. kita lanjutkan lagi, masih ada rubrik opini ilmiah, yang cukup menarik, serta rubrik analisis senat yang saya harap berisi analisa yang sifatnya sosial politik, ternyata berisi tentang shalat tahajud.

dan ada satu yang menganggu meski remeh, saya segera melihat pada rubrik resensi, bukunya diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia, sebuah penerbit kristen yang amat aktif, saya rasa tidak apropriate dengan latar belakang buletin ini. terakhir ada rubrik foto yang merekam berbagai kegiatan.

nah saya berfikir mengapa saya mendapat hadiah satu eksemplar, mungkin selain ucapan terima kasih atas informasi yang sebenarnya tidak sulit diperoleh, adalah agar saya dapat memberikan masukan. jadi masukan saya adalah teruskan aja, jangan perdulikan komentar saya, bisa menghasilkan karya seperti ini aja sudah luar biasa sekali.

manfaat dari kegiatan penerbitan ini yang saya lihat adalah, mengasah kemampuan menulis, menyusun artikel ilmiah, desain dan tata letak , reportase dan komunikasi, budgeting, editing, negosiasi bisnis, wirausaha dan banyak lagi. dan hampir selalu alumninya mendapat manfaat yang tidak sedikit.

salah satu teman saya yang pandai sekali di MA, sekarang direkrut mengembangkan majalah Dokter Kita. nah jadi dokter tidak selalu berakhir di ruang praktek, kalau pandai-pandai menggali bakat dan memoles minat.