Minggu, 24 November 2013

Persepsi masyarakat terhadap Ilmu Pengetahuan

*Diolah dari Sergei Kapitza; Public perception of science and anti science: science and counter culture. World Confrence of Science Hungaria 1999 untuk tugas mata kuliah filsafat sains program doktor IPB

Pada zaman modern, Ilmu pengetahuan dasar dapat dipandang sebagai bagian dari kultur. Kontribusi Ilmu pengetahuan praktis dalam perkembangan industri dan ekonomi tidak dapat disangkal. Meski demikian interaksi Ilmu Pengetahuan dengan masyarakat, pendidikan dan kultur jauh lebih kompleks dan sering kali kontroversial. Ilmu Pengetahuan telah berkembang menjadi dalam skala global menembus batas-batas negara sementara kultur semakin erat dikaitkan dengan identitas bangsa dan bahasa serta tradisi lokal.

Ilmu pengetahuan berkembang  dalam bidang yang semakin lama semakin spesifik akan tetapi masyarakat menerima informasi ilmu pengetahuan melalui upaya multidisiplin, hal ini menyulitkan proses transfer informasi dan pemahaman oleh orang awam atau bahkan para pejabat pemerintahan. Hal ini menjadi sebab hilangnya kontak antara ilmu pengetahuan dengan masyarakat dan kebutuhan manusia dalam kehidupan

Bentuk perceraian antara  ilmu pengetahuan dan masyarakat dapat berupa 1) muncul kembalinya kepercayaan kuno yang bersifat supernatural. Di Indonesia hal ini dapat terlihat pada fenomena “Ponari”  dan  larisnya dukun menjelang tahun pemilu, keduanya mewakili kepercayaan terhadap kekuatan magis yang bertentangan dengan rasionalitas medis dan kalkulasi politik. 2) penolakan terhadap perkembangan-perkembangan modern seperti energi nuklir, rekayasa genetik yang semakin berkembang. Dalam banyak kejadian penolakan ini berupa rasa takut yang irrasional dan kurangnya pemahaman

Perkembangan tekhnologi yang pesat merubah perangkat keras masyarakat sedemikian cepat hingga perubahan perangkat lunak masyarakat selalu tertinggal dan orang-orang kemudian mundur dan berlindung pada ide-ide lama. Jurang pemisah yang semakin lebar ini mungkin adalah alasan penolakan terhadap ilmu pengetahuan dan sikap anti-ilmu pengetahuan. Tren ini bahkan terlihat diantara para ilmuwan sendiri berupa hilangnya identitas, dan degradasi moral ilmuwan yang terperangkap dalam dunia yang semakin kompetitif.


Efek lebih signifikan kemudian terlihat pada hilangnya rasa percaya dan harapan, serta runtuhnya ide-ide yang selama ini memberi panduan dan tujuan. Penolakan terhadap rasio dan sikap positif adalah konstruk postmodernisme. Kondisi hilangnya arah dan tujuan serta rendahnya pemahaman dan pengertian terhadap ilmu pengetahuan menjerumuskan masyarakat pada sikap pro “natural” yang keliru. Maraknya riset herbal, anjuran back to nature, hidup sehat alami, “obat alami tanpa efek samping”, serta pengobatan ala nabi mudah-mudahan bukanlah bagian sikap anti-ilmu pengetahuan  melainkan murni aktivitas mencari ilmu pengetahuan sehingga sepatutnya berkembang secara terstruktur dan terarah seperti layaknya ilmu pengetahuan disusun, dikaji, dibuktikan dan diorganisasikan dengan baik

Tidak ada komentar: