*Diolah dari Sergei Kapitza; Public perception of
science and anti science: science and counter culture. World Confrence of
Science Hungaria 1999 untuk tugas mata kuliah filsafat sains program doktor IPB
Pada zaman
modern, Ilmu pengetahuan dasar dapat dipandang sebagai bagian dari kultur.
Kontribusi Ilmu pengetahuan praktis dalam perkembangan industri dan ekonomi
tidak dapat disangkal. Meski demikian interaksi Ilmu Pengetahuan dengan
masyarakat, pendidikan dan kultur jauh lebih kompleks dan sering kali
kontroversial. Ilmu Pengetahuan telah berkembang menjadi dalam skala global
menembus batas-batas negara sementara kultur semakin erat dikaitkan dengan
identitas bangsa dan bahasa serta tradisi lokal.
Ilmu pengetahuan
berkembang dalam bidang yang semakin
lama semakin spesifik akan tetapi masyarakat menerima informasi ilmu
pengetahuan melalui upaya multidisiplin, hal ini menyulitkan proses transfer
informasi dan pemahaman oleh orang awam atau bahkan para pejabat pemerintahan.
Hal ini menjadi sebab hilangnya kontak antara ilmu pengetahuan dengan
masyarakat dan kebutuhan manusia dalam kehidupan
Bentuk perceraian
antara ilmu pengetahuan dan masyarakat
dapat berupa 1) muncul kembalinya kepercayaan kuno yang bersifat supernatural. Di
Indonesia hal ini dapat terlihat pada fenomena “Ponari” dan larisnya dukun menjelang tahun pemilu,
keduanya mewakili kepercayaan terhadap kekuatan magis yang bertentangan dengan
rasionalitas medis dan kalkulasi politik. 2) penolakan terhadap
perkembangan-perkembangan modern seperti energi nuklir, rekayasa genetik yang
semakin berkembang. Dalam banyak kejadian penolakan ini berupa rasa takut yang
irrasional dan kurangnya pemahaman
Perkembangan
tekhnologi yang pesat merubah perangkat keras masyarakat sedemikian cepat
hingga perubahan perangkat lunak masyarakat selalu tertinggal dan orang-orang
kemudian mundur dan berlindung pada ide-ide lama. Jurang pemisah yang semakin
lebar ini mungkin adalah alasan penolakan terhadap ilmu pengetahuan dan sikap
anti-ilmu pengetahuan. Tren ini bahkan terlihat diantara para ilmuwan sendiri
berupa hilangnya identitas, dan degradasi moral ilmuwan yang terperangkap dalam
dunia yang semakin kompetitif.
Efek lebih
signifikan kemudian terlihat pada hilangnya rasa percaya dan harapan, serta
runtuhnya ide-ide yang selama ini memberi panduan dan tujuan. Penolakan
terhadap rasio dan sikap positif adalah konstruk postmodernisme. Kondisi
hilangnya arah dan tujuan serta rendahnya pemahaman dan pengertian terhadap
ilmu pengetahuan menjerumuskan masyarakat pada sikap pro “natural” yang keliru.
Maraknya riset herbal, anjuran back to
nature, hidup sehat alami, “obat alami tanpa efek samping”, serta pengobatan
ala nabi mudah-mudahan bukanlah bagian sikap anti-ilmu pengetahuan melainkan murni aktivitas mencari ilmu
pengetahuan sehingga sepatutnya berkembang secara terstruktur dan terarah
seperti layaknya ilmu pengetahuan disusun, dikaji, dibuktikan dan
diorganisasikan dengan baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar