Senin, 29 Oktober 2007

Klinik Sriwijaya

Suatu hari pasca PTT, waktu itu kami job seeker kumpul-kumpul di sekretariat masjid Arif Rahman Hakim di salemba. omong punya omong terlontar ide membuat klinik sendiri, gayung bersambut dan jadilah klinik sriwijaya.

zainuri dan aku bersepakat membangun klinik, mengambil tempat di rumahnya daerah kayumanis matraman. dalam tulisan ini aku ingin berbagi serba serbi membangun klinik, suatu jalan yang jarang ditempuh karena tidak banyak menghasilkan-pada awalnya,begitu harapanku-sulit, perlu komitmen tinggi dan telaten.

hal pertama yang kami cari adalah realitas persaingan yang ada, klinik paling ramai dalam radius 500 m memiliki kisaran tarif 25-30.000. maka kami tetapkan sedemikian pula tarif yang akan kami pakai. berikutnya adalah perizinan,dibutuhkan kesabaran dan totalitas waktu untuk mengurusnya, izin klinik, sip dan kunjungan selesai dalam 3 bulan. persyaratan bisa dilihat pada brosur yang ada di dinas kesehatan setempat. yang jelas klinik kami berupa balai pengobatan umum dan dokter gigi praktek swasta.

berapa modal yang kami keluarkan? untuk perizinan tidak sampai satu juta rupiah, tanpa uang pelicin yang alhamdullilah berhasil kami hindari. belanja obat pertama kami habiskan 1,5 juta, gaji pegawai sebesar 300 ribu rupiah per bulan. sistem kepemilikian prinsip dasarnya adalah 50-50

komponen tarif terdiri dari jasa dokter+administrasi+ obat, ditambah jasa tindakan bila ada. klinik kami saat ini tidak mengambil margin keuntungan dari obat bahkan subsidi silang, dengan cara ini tarif bisa ditekan tanpa mengurangi kualitas obat.

problem utama klinik baru tentu adalah tingkat kunjungan pasien. marketing dan promosi tentu dilakukan, spanduk dan pamflet disebar, mengetahui karakteristik warga sekitar vital dalam penyusunan isi spanduk/pamflet, kemampuan dokter dan policy klinik terhadap beberapa pasein dapat menghasilkan pasien-pasien langganan.

klinik kami selama 6 bulan pertama rata-rata tingkat kunjungan hanya 100/bulan, padahal target kami 200/bulan atau sekitar 15-20 pasien /hari. hitung-hitungan kami dengan tingkat kunjungan yang memadai akan menutup semua biaya dan memberikan jasa yang menjanjikan pada dokter, pada gilirannya akan memudahkan mendapatkan dokter pengganti. namun sebelum semua itu terjadi jangan harap mendapat dokter pengganti, kita harus rajin hadir 6 hari seminggu dan siap bila jasa dipotong untuk menutup biaya.

2 tahun operasi,menurut kami akan memperlihatkan apakah klinik ini akan hidup terus atau akan mati
sekarang klinik kami masih berjuang, jasa yang didapat lumayan lah buat cicilan motor...doakan ya 10 tahun dari sekarang klinik kami masih survive dan berkembang menjadi rumah sakit.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Oh, pantesan Pak Dokter keliatan banyak pikiran terus di kampus :p.
Semoga Sukses, Amiin.

sofwatul anam a.k.a opan mengatakan...

wahh....
thanks atas sharenya dok,,,
bisakah qta ketemu di Yarsi dok, ada bbrp hal tentang Klinik yang masih ingin saya tanyakan.... thanks.