Tidak semua orang Ternate pernah mengunjungi Laiwui, tempat saya PTT. ternyata tidak semua orang Garut juga pernah mengunjungi Pameungpeuk, termasuk saya. Kecamatan Pameungpeuk terletak di wilayah sebelah selatan kabupaten Garut, melewati jajaran pegunungan yang berbaris, gunung apa persisnya saya tidak tahu, tapi di pegunungan ini terletak Cikajang, tempat yang terkenal dengan udaranya yang dingin, bahkan penduduk lokal mengakuinya amat dingin, apatah lagi orang jakarta.
di musim kemarau adalah saat-saat paling dingin di Garut, leluconnya adalah AC Cikajang sedang dinyalakan, hingga seluruh Garut terasa amat dingin menggigit :) kembali ke perjalanan menuju Pameungpeuk dibutuhkan 3 jam lagi dari Garut kota untuk mencapai kecamatan ini, melewati Cikajang tentunya, perjalanam malam akan di sambut dengan kabut yang membatasi jarak pandang hingga hanya 2-3 meter didepan.
suhu udara di Pamuengpeuk relatif lebih hangat karena ia berlokasi didekat pantai selatan yang berbatasan dengan Samudera Hindia. tempat yang terkenal disini adalah daerah Cilauteureun ( air laut berhenti/surut) tempat fasilitas milik LAPAN berada, katanya ini adalah tempat uji pelincuran roket.
sepanjang pantai selatan P Jawa telah diketahui merupakan tempat yang potensial menjadi wilayah bencana Tsunami, seperti yang menghantam Pantai Wisata Pangandaran di Ciamis beberapa waktu lalu. jadi terfikir alasan dibalik penduduk lokal menamai Cilauteureun, karena saaat Tsunami terjadi seperti di Aceh beberapa waktu lalu, laporan mengatakan air laut sempat surut hingga batu-batu karang jadi terlihat dan ikan-ikan mengelepar di pantai. bukan tidak mungkin di suatu masa dulu pernah terjadi Tsunami di Pameungpeuk.
bukan kebetulan juga mungkin selama waktu yang singkat disana, ternyata pusat kota tidak didirikan di tepi pantai namum hampir 2-3 kilo inland, kesannya adalah warga Pameungpeuk bukanlah nelayan, mungkin di suatu masa lalu kota mereka ditepi pantai pernah di sapu gelombang Tsunami, entahlah.
jadi disana dengan Ikatan Dokter Muda Yarsi yang sedang bertugas di RSUD, diadakan khitanan Massal. ternyata masih banyak yang mengaku tidak bisa melakukan khitan, meski pada prakteknya sebagian bisa juga, terfikir olehku betapa rendah hatinya atau kurang percaya dirinya mereka.
tidak banyak yang bisa diceritakan tentang khitanan itu kecuali ada kecelakaan kecil yang cukup disesalkan sebenarnya, sebuah kecelakaan yang menurut kalkulasiku terjadi 1-2 dari 1000 pasien khitan dalam satu waktu, kecelakaan ini adalah perlukaan pada Glans Penis apakah itu dari gunting atau Cauter. mengherankan karena ini terjadi pada kurang dari 100 pasien khitan dalam satu waktu. Pelajaran dari sini yang bisa diambil adalah, khitanan yang dilakukan secara massal oleh koass akan meningkatkan risiko perlukaan Glans Penis, oleh karena itu perlu upaya yang maksimal untuk mengurangi terjadi kecelakaan, mungkin dengan pelatihan khitan untuk penyegaran, evaluasi tekhnik, khitan dalam pengawasan dokter supervisor, termasuk juga pencahayaan dan persiapan yang lebih matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar