seorang teman mengirim surat elektronik mengeluhkan keadaannya...ia menghadapi fakta yang menyesakkan, bisa banyak hal tapi untuknya ini adalah nilai. ia tidak lulus.
fakta ini menjadi sedemikian rupa karena dirasakan karena ia telah belajar dengan keras. akhirnya timbul perasaan bahwa kehidupan telah berlaku tidak adil. ia merasakan sedih, kesal, dan kecewa. tambahan ada terselip rasa malu, pada teman-teman dan orang tua mungkin.
untuk menolong kawan kita ini, bukan hal yang mudah, karena selain upaya pengusaan materi ujian, kita juga harus membangkitkan mentalnya.
jadi sebelum berangkat pada masalah intelektualnya, kita harus bereskan masalah ruhiyahnya. dilihat dari uraian diatas nampak bahwa perasaanya mungkin saat ini sedang hancur, dan ia butuh "time out" , pergi nonton ke bioskop, atau kalau aku pergi ke gramedia dan mencari novel menarik yang paling tebal (dalam fikiranku yang sekelas Taiko ) bisa menjadi pengobat hati, pelipur lara. Alangkah baiknya bila malam nanti duduk bersimpuh selepas shalat. membuka kitab Al"qur'an, membacanya dengan tartil 3-4 halaman.
berhentilah sejenak, karena setelah diterpa badai kehidupan kita perlu sejenak menarik nafas, mengumpulkan bekal, mencocokkan kembali arah kompas, meraih ketenangan dan mencari kembali motivasi sebelum melanjutkan perjalanan. mintalah ampunan dari segala dosa, muhasabah diri sendiri.
semua musibah yang kita alami, tidak lain adalah ujian yang diberikan Allah, sebagai penghapus dosa, atau sebagai teguran atas segala kelalaian selama ini, sudah kah tertunaikan semua kewajiban ubudiyah kita? musibah bisa datang tidak lain sebab ulah kita sendiri.
musibah bisa merupakan penghapus dosa, proses pencucian yang harus dilalui sebelum menjadi lebih baik. ujian yang diberikan bagi hamba-Nya yang dikasihi, sebuah ungkapan kasih sayang antara Rabb dan hamba-Nya. tinggal kita bila sanggup menyikapinya dengan bersabar dan bersyukur maka akan lulus dan meraih derajat disisi Allah, namun bila disikapi dengan kekecewaan dan rasa putus asa, maka bukan tidak mungkin Allah akan membenamkannya lebih dalam, sungguh ia telah merugi 2 kali.
alhasil berdamailah dengan kenyataan, akuilah bahwa kita masih banyak kekurangan. cari hikmahnya. jangan sampai kita jatuh pada syirik dengan menyalahkan kehidupan atau malah Sang Pemberi Kehidupan itu sendiri, ini adalah penyikapan yang salah, jangan sampai emosi mengelabui pertimbangan akal, karena itu adalah jalan syaitan untuk menyesatkan.
kelulusan membutuhkan prasyarat, bila prasyarat sudah terpenuhi maka dengan sendirinya akan lulus, prasyarat yang utama tentu adalah penguasaan materi ujian, ini adalah sunatullah. selain itu dibutuhkan perkenan dari Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar