Selasa, 06 Mei 2008

Rumah Zakat Indonesia

Lembaga Pengumpul zakat yang satu ini berkantor pusat di Bandung, di jakarta mereka sudah lama hadir, sebagian mengenalnya dengan nama DSUQ, Dompet Sosial Ummul Quro', nama yang dipakai waktu jamannya "Dompet" booming sekali dulu gara-gara Dompet Dhua'afa Republika. Rumah Zakat Indonesia atau RZI akhir-akhir ini memfokuskan diri pada Ibu hamil dengan membuka Rumah Bersalin Gratiis (notice bahwa ii-nya ada 2 bukan kesalahan ketik tapi memang telah dipatenkan sebagai brand).

Di jakarta RBG-RZI hadir Jl Taruna 43 Pulogadung. disini selain tersedia bidan yang siap melayani persalinan 24/7 , juga ada klinik umum dan layanan ambulans/jenazah serta sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syariah. officenya sendiri terletak di ruko matraman deket jembatan rel KA itu. format seperti ini sudah berlangsung selama setahun dan yang menariknya adalah jumlah pasien umum yang bertambah secara eksponensial. bulan pertama operasonal tahun lalu ada hampir 100 orang yang berobat tapi bulan lalu jumlah pasien umum sudah mencapai 1200-an orang.

tentu ini hal yang amat menggembirakan, senang rasanya bila usaha kita mendapat respon yang baik, dan orang dapat merasakan manfaatnya. memang karena pembiayaan fasilitas ini di dukung oleh dana zakat yang terkumpul maka biaya berobat yang perlu dikeluarkan pasien amat kecil, sering kali tidak lebih dari beberapa ribu rupiah saja. mungkin ini salah satu faktor penyebab tingginya animo masyarakat. disisi lain, pelayanan tim dokter-perawat yang baik, penerapan konsep dokter keluarga dan terutama mungkin angka kesembuhan yang tinggi turut menyumbang tingginya animo tersebut.

di lain pihak ramainya kunjungan, murahnya biaya membawa dampak lain, yang pertama terlihat adalah rendahnya penghargaan terhadap peraturan. banyak pasien yang datang tanpa membawa kartu pasien, yang menyebabkan pegawai administrasi kita harus bekerja ekstra. juga rendahnya penghargaan terhadap kesehatan itu sendiri, sedikit-sedikit berobat, tidak mencoba self medication terlebih dahulu, tidak berusaha merubah kebiasaan hidup/makan, karena tokh nanti tinggal berobat aja. tapi itu dulu, sekarang sudah banyak kemajuan, setelah manajemen mengambil beberapa langkah.

tingginya angka kunjungan dengan total pasien diatas 10.000 kunjungan setahun terakhir, cepat atau lambat akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kasus alergi contohnya cepat atau lambat akan terjadi, keteledoran pemberian obat, persalinan patologis, bahkan malpraktik (duh jangan sampe deh). tapi that sort of thing is bound to happen anytime... jadi kita memang harus selalu berhati-hati. tapi menghadapi 80 orang pasien dalam 8 jam kerja, benar-benar menguras konsentrasi, dan bila konsentrasi buyar, dan jemari kita bekerja langsung berdasarkan informasi yang telinga dengar, tanpa melalui neuron-neuron asosiasi di otak besar terlebih dahulu, bersiaplah bila sewaktu-waktu langit runtuh menimpa kita... ( inget istilahnya Kepala desa Arbaracoucix di Armorik )

oleh karena itu maka tingkat kunjungan harus di rasionalisasikan. harus dilakukan peningkatan level biaya yang harus dikeluarkan pasien, supaya ada penghargaan lebih terhadap kesehatan. bila tingkat kunjungan menurun kita berharap beban kerja dokter bisa menurun, dan diimbangi dengan peningkatan kualitas waktu interaksi dengan pasien, lebih banyak komunikasi, edukasi dan membangun kepercayaan..hal-hal ini bisa meredam masalah yang timbul dikemudian hari, bila ada. tentu level biaya masih jauh dari tingkat komersial, bagaimanapun ini kan lembaga zakat dan kita tidak menarik untung dari mustahik zakat.

3 bulan terakhir ini kunjungan perbulannya sudah menembus angka 1000, satu hal terakhir yang menarik adalah pasien konjungtivis (terutama bakterial) meningkat dari bulan Februari 2008 sebanya 5 orang saja, Maret 11 orang dan April kemarin 37 orang. Sakit mata model ini memang sudah mahfum mudah sekali tersebar dan nampaknya wilayah pulogadung ini sedang merebak luas. bagaimana cara memuus rantai penularannya? faktor apa yang menyebabkannya begitu mudah tersebar? apakah cuaca memiliki pengaruh? pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya menggelitik setiap orang yang memiliki naluri peneliti, bagaimana apakah anda tergelitik? :)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

assalamu'alaikum
iya akhi, pasiennya di klinik uda terlalu banyak, sepertinya sudah menggantikan peran puskesmas. sy kira perlu dibtasi hingga 25-30 saja. krn kan dokter juga manusia biasa juga. orang sekitar boleh2 aja berpendapat, tapi kita yg ngejalanin yang kerepotan.