Ternyata kehidupan berlalu cepat sekali, ingatan akan peristiwa-peristiwa memudar dari benak. Begitu juga ingatanku pada masa-masa yang kulalui di Desa Laiwui, Pulau Obi sepenggal pengalaman hidup yang seharusnya terpahat dalam dalam ingatanku.
Tidak terbayang apa yang akan dihadapi saat aku dan sahabatku membuka peta hari itu. Di lantai 2 sekretariat darurat masjid Arief Rahman Hakim kami memilih kabupaten pilihan untuk masa bakti PTT selama 6 bulan. aku memilih Halmahera Selatan di Provinsi Maluku Utara.
Dalam pesawat kami berdo'a semoga bekal nomor HP kontak yang kami dapat aktif dan kami terselamatkan dari terdampar di bandara kota yang saat itu jadi tujuan pertama Ternate. Baru saat itu aku menyadari bertapa bahagianya berada dalam jama'ah, baru saat itu aku meresapi apa arti persaudaraan atas nama iman, kemana kami pergi-selama masih ada adzan berkumandang-disana Insyaallah ada saudara yang akan menyambut kami, aku ingat betapa rasa bahagia dan syukur silih berganti kurasakan.
Mess itu amat nyaman bagi pendatang seperti kami, tidak heran karena usaha para ikhwah terdahulu yang menyadari pentingnya mempertahankan mess ini, mereka telah melihat jauh ke depan, suatu saat fasilitas seperti ini akan amat berguna. kewajiban bagi kami turut berinfaq agar generasi selanjutnya dapat merasakan kenyamanan ini.
Bila barusan adalah kali kedua aku naik pesawat-yang pertama dengan Hercules AU Singapura ke Aceh- maka malam itu adalah kali pertama aku menumpang kapal motor penumpang, aga syok ketika melihat para penumpang berjejalan dalam 2 dek sempit, dalam jajaran kasur tipis untuk satu orang yang berjejer-jejer unutk sekitar 200 penumpang dan barang. Jangan tanya panas dan baunya...butuh pengalaman dan jam terbang untuk bisa mendapat tempat terjauh dari knalpot, dengan sirkulasi udara yang baik plus pemandangan yang baik dan bebas sorotan matahari saat matahari naik nanti.
Tujuan kedua adalah pulau Bacan, kami akan berlabuh di Babang pada waktu subuh dan melanjutkan ke Labuha dengan oto selama satu jam. subuh hari itu kutunaikan di Klinik AlKhairaat, mess lain lagi yang tidak kalah nyaman.
Labuha adalah kota kabupaten Halmahera Selatan, ada 2 hal yang amat mengesankan hati ku, yang pertama adalah klinik Alkhairaat dan bapak Bupati. Alkhairaat sebagai mess bagiku menjadi percontohan sebuah pola ukhuwah yang belum pernah kulihat sebelum ini. pendatang datang dan pergi, perorangan maupun satu kekuarga lengkap, dokter, insinyur, kontraktor, pedagang, mahasiswa, penduduk asli, transmigran, orang jawa, sumatera, makassar, dan beragam macam orang lagi. mess ini seperti kata Bilbo tempat berbagai macam urusan bertemu.
ukhuwah sejati adalah bila beberapa keluarga sanggup tinggal dalam satu atap tanpa terjadi konflik, berbagi makanan, berbagi air dan listrik, saling tolong menolong, saling membantu dan mendukung, ternyata ukhuwah itu amat berat namun manis sekali buahnya. orang yang kemarin masih asing sekali, hari ini menjadi keluarga yang dapat kita titipkan harta dan keluarga kita, kepercayaan semata karena keimanan yang sama.
pola ikhuwah ini yang secara umum kulihat sepanjang 6 bulan di daerah ini, uang berjuta-juta gaji kita dapat dengan ringan dititip pada ABK atau nakhoda agar disampaikan pada empunya. integritas pribadi amat penting, budi baik nilainya amat tinggi. Meski tidak semua dapat dipercaya tapi sekali orang mencederai kepercayaan yang diberikan, sulit sekali namanya dibersihkan karena berita buruk menyebar cepat dari mulut ke mulut, dibicarakan di acara-acara hajatan dan menyebar dari pelabuhan ke pelabuhan sampai ke desa yang jauh.
yang kedua adalah pak Bupati, ustadz yang menjadi bupati, amat mudah ditemui oleh warganya yang membutuhkan, islam maupun kristen karena sukunya asalnya adalah suku kristen terbesar di jazirah raja-raja, mulai subuh sampai isya setiap selesai salat 15-20 menit disisihkannya bagi yang ada perlu, mengeluh atau meminta atau melapor, seperti yang aku lakukan siang itu di masjid Sultan bacan ba'da zuhur, belum ashar keputusan sudah keluar, aku akan pergi ke Puskesmas Laiwui di Pulau Obi, 8 jam kearah selatan Pulau Bacan.